Usia 9 tahun adalah usia di mana secara intelektual anak dapat menghafal dan membaca pelajaran secara lebih mudah dibanding berfikir atau memahami. Oleh karena itu segala sesuatu yang bersifat hafalan, sebaiknya dimulai dari usia ini. Seperti, menghafal doa-doa, menghafal surat-surat pendek dari Al Quran. Termasuk juga menghafal kosa-kata bahasa.
Di India, kalangan huffadz (jamak dari hafidz atau orang yang hafal seluruh teks Al Quran) memulai menghafal Al Quran umumnya pada usia ini. Imam Syafi’i, ulama ahli fiqh pendiri madzhab Syafi’i, hafal Al Quran pada usia 10 tahun.
Di India, kalangan huffadz (jamak dari hafidz atau orang yang hafal seluruh teks Al Quran) memulai menghafal Al Quran umumnya pada usia ini. Imam Syafi’i, ulama ahli fiqh pendiri madzhab Syafi’i, hafal Al Quran pada usia 10 tahun.
Anak usia 9 tahun juga sedang mulai membangun mindset nafsu muthma’innah (QS Al Fajr 89:27-30) atau pola pikir hati nurani tentang nilai yang benar dan salah walaupun belum dilakukan secara konsisten. Untuk itu dibutuhkan bantuan orang dewasa, orang tua terutama, untuk mempertegas wawasan nilai-nilai. Baik nilai-nilai Islami maupun etika sosial universal. Ia menyadari ketika ia berbuat salah, dan saat gagal melakukan hal yang baik. Ia akan mengaku pada orangtuanya atas kesalahan yang dilakukannya, karena nuraninya akan terganggu sampai ia membuat pengakuan.
Kejujuran, keadilan dan kebenaran adalah nilai-nilai yang sangat penting bagi anak usia 9 tahun. Ia mengharapkan norma-norma itu dimiliki dirinya dan orang lain. Di sinilah fungsi orang tua untuk mengimbangi sikap anak dalam bersikap jujur, adil dan benar. Orang tua juga harus berusaha mencarikan pasangan bergaul dan bersosial yang baik bagi anak.
Keinginan khusus untuk membangun pola pikir hati nurani ini adalah akibat dari perubahan penting dalam kesadaran anak yang menandai akhir dari periode dini masa anak-anak (early childhood) menuju fase perkembangan baru. Rudolf Steiner dalam bukunya Soul Economy and Waldorf Education (New York:1986) menulis bahwa, “Pada usia sembilan tahun anak betul-betul mengalami transformasi diri, yang terlihat dari adanya perubahan signifikan pada jiwa dan fisiknya.”
Disiplin
Walaupun secara umum ia mudah diatur dan berkesan penurut, namun sebagai anak yang masih belum stabil dan perlu bimibingan, ia terkadang juga berbuat salah. Memberikan sangsi atau disiplin adalah suatu keharusan.
Untungnya, anak usia 9 tahun cukup mudah menerima hukuman karena ia ingin jadi anak baik asalkan sangsi itu dianggap cukup adil dan sesuai dengan peraturan yang sudah dicanangkan sebelumnya dan konsisten dilakukan oleh orang tua.
Walaupun ia tidak selalu konsisten dalam melakukan tugas-tugas rutin, namun ia akan menurut ketika diminta melakukan tugasnya dan berhenti dari aktifitas lain yang sedang dikerjakannya.
Walaupun ia tidak selalu konsisten dalam melakukan tugas-tugas rutin, namun ia akan menurut ketika diminta melakukan tugasnya dan berhenti dari aktifitas lain yang sedang dikerjakannya.
Hukuman dapat berupa isolasi (dikurung dalam kamar selama sekian menit), dihapus hak istimewa (seperti di larang nonton TV selama sehari) , peringatan, dan lain-lain. Ia akan menerima hukuman dengan lapang dada asal tidak dipermalukan, dibentak atau dikritik terlalu tajam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar